Timun Perak
Dikisahkan pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri yang tinggal di sebuah desa terpencil. Mereka bekerja sebagai petani di ladang miliknya sendiri, kemudian hasil panennya di jual ke pasar di kota. Usia yang tak lagi muda dan ujian yang mendera Mbok Inem karena mandul menyebabkan kebahagiaan keluarga mereka kurang begitu lengkap.
Pada suatu hari sang suami tercinta meninggal dunia dikarenakan sakit . Hal ini menambah kesedihan Mbok Inem karena akan hidup seorang diri dan harapannya untuk memiliki seorang anak semakin mustahil saja. Karena gelap mata dan sangat mendamba seorang anak, Mbok Inem nekat mendatangi orang pintar dan mendapat perintah disuruh menemui raksasa di hutan belantara.
Pada hari yang telah direncanakan, Mbok Inem memberanikan diri pergi ke hutan dengan bekal seadanya . Ketika telah berhasil menyusuri hutan selama satu hari satu malam akhirnya sampai pada tempat raksasa bersemayam. Tanpa berbasa- basi Mbok Inem langsung mengutarakan niatnya ingin memiliki momongan.
Mbok Inem : “Permisi Tuan Raksasa, jadi kedatangan saya kesini ingin dibantu agar saya memiliki seorang anak”.
Raksasa : Sopo Namamu ? (Siapa namamu? ) Tanya Raksasa
Mbok Inem : “Inem, Tuan Raksasa” (Jawab Mbok Inem)
Raksasa : “Kamu yakin sanggup Mbok dengan syarat yang saya ajukan?”
Mbok Inem : “Sanggup Tuan Raksasa, asal saya bisa memiliki seorang anak.”
Raksasa : “Baiklah, awas saja kalau kau berani melanggar perjanjian ini.”
Mbok Inem : “Ba..Baiiik Tuan Raksasa ( Menjawab sambil gemetar) . Apa syaratnya Tuan Raksasa?”
Raksasa : “Anak mu nanti kalau sudah berumur 17 tahun serahkan padaku lagi. Aku hendak memakannya. HAHAHAHAHAHAH. Kowe sanggup Mbok?, Kowe gelem? “
Mbok Inem : Tanpa berpikir panjang Mbok Inem menyanggupi syarat tersebut . “ Baik Tuan Raksasa , nanti kalau sudah datang pada waktu yang ditentukan silahkan datang menemuiku lagi.”
Raksasa : “Baiklah. Sekarang kamu tanam biji mentimun ini Mbok! Rawat dengan betul- betul. Siram disaat pagi dan sore, jangan kau lupa pula memberinya pupuk. Dan lihat apa yang terjadi dalam sebulan.”
Mbok Inem : “Terimakasih Tuan Raksasa, Terimakasih.”(Sembari Mbok Inem pamit pada raksasa).
Sesampainya di rumah Mbok Inem langsung menanam biji mentimun tersebut. Biji yang ditanam bertumbuh sangat cepat. Mbok Inem makin rajin saja merawatnya dan melakukan seperti apa yang diperintahkan oleh raksasa.
Sebulan terlewati sudah nampak hasilnya, di pohon mentimun tersebut terdapat satu buah dengan ukuran timun yang besar sekali, warnanya pun perak berkilau menyilaukan mata. Tak sabar dengan isi apa yang terdapat pada mentimun tersebut Mbok Inem lari terhuyung- huyung menghampirinya dan memetik dengan sangat hati- hati.
Tanpa berlama- lama Mbok Inem membawanya masuk ke dalam rumah. Susah sekali dibelah dengan tangan kosong, diambillah sebilah pisau. Dirisnya dengan perlahan- lahan timun dengan warna perak berkilau tersebut. Betapa terkejutnya Mbok Inem melihat apa yang ada di dalam buah mentimun tersebut, ada seorang bayi kecil mungil yang sangat cantik sedang tertawa menatap Mbok Inem.
Mbok Inem langsung menangis terharu melihat dan mencoba menyadarkan diri terhadap apa yang sedang terjadi dalam hidupnya. Setelah beberapa saat kesadarannya kembali dan Mbok Inem langsung menggendong bayi tersebut keluar dari buah mentimun raksasa tersebut. Mbok Inem senang sekali akhirnya keinginan untuk memiliki seorang anak telah Allah kabulkan, meskipun dengan cara yang Allah tidak ridhoi karena meminta pertolongan pada raksasa.
Dalam hati Mbok Inem merasa takut karena telah berbuat syirik, tapi karena keinginannya yang sedari lama ingin memiliki anak semua dilakukan Mbok Inem agar mencapai apa yang diinginkannya. Ia menyadari kesalahannya dan mencoba bertaubat pada Allah yang Maha Esa. Berharap semoga segala perbuatannya diampuni-Nya. Serta tak lupa Mbok Inem memohon agar dirinya bersama anaknya dijauhkan dari marabahaya Raksasa.
Setelah momen penyesalan tersebut, Mbok Inem mencoba menjalani hari- harinya seperti biasa tentunya dengan putri tercintanya yang ia namai dengan Timun Perak karena ia seperti terlahir dari timun dengan warna perak berukuran besar.
Sebulan dua bulan tiga bulan setahun empat tahun tujuh tahun Timun Perak tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dengan kepribadian yang sangat baik , mandiri, dan pemberani. Oleh karena itu Mbok Inem sangat menyayanginya dan akan menjaganya dari kejaran raksasa kelak.
Hal yang sangat ditakuti Mbok Inem pun terjadi, kini Timun Perak telah berusia 17 tahun. Raksasa datang untuk menagih janji pada Mbok Inem. Saat itu ketika Timun Mas sedang pergi ke pasar , sedangkan Mbok Inem sedang berada di ladang belakang rumahnya tiba- tiba bumi seolah bergetar hebat. Pusing bukan main Mbok Inem dibuatnya karena kedatangan Raksasa yang terlalu mendadak. Tanpa basa- basi Raksasa meneriaki Mbok Inem yang masih setengah sadar tersebut.
Raksasa : Hai Mbok, kutagih janjimu 17 tahun lalu untuk menyerahkan kembali bayimu. Hahahahahahha. Di mana anak itu hah?
Mbok Inem : Mbok Inem sama sekali tidak rela untuk menyerahkan Timun Perak kepada Raksasa. Beruntung Mbok Inem ini cerdik, jawabannya pun sangat diplomatis.
“Iya Tuan Raksasa, ampun saya pasti menepati janji saya untuk meyerahkan anak ku. Tapi 17 tahun itu masih terlalu kecil untuk dimakan, silahkan kau tunggu 3 tahun lagi Tuan Raksasa sekaligus dagingnya bertambah banyak dan tulangnya pun semakin terasa sedap. Gimana Tuan Raksasa? ( Mbok Inem mencoba menawarkan tipu muslihat kepada Tuan Raksasa).
Raksasa : Hahaha, boleh juga saranmu Mbok. Tapi awas kalau kau tidak menepati janjimu akan aku ambil paksa anakmu. Hahahahhaha. ( Tawa Raksasa menggelegar)
Mbok Inem : “ Baik Tuan Raksasa, silahkan nanti kau datang lagi setelah 3 tahun.” (Jawabnya dengan tenang)
Raksasa : Baiklah. ( Raksasa pun pergi meninggalkan Mbok Inem, dengan meninggalkan getaran yang terasa pusing di kepala)
Mbok Inem :” Duh Gusti, Alhamdulillah. Slamet anakku.”
Mbok Inem pun teringat dengan Timun Perak, takut – takut Raksasa menculiknya . Mbok Inem mencari seisi rumah dan tak ditemukan keberadaan Timun Perak. Ia lupa kalau Timun Perak tengah berada di pasar , Mbok Inem pun sudah menangis tersedu- sedu. Dan tiba- tiba...
Timun Perak : Assalamualaikum Mbok, (Tok, tok, tok...)
Mbok Inem : “Hah Timun Perak” ( batinnya), segera ia bergegas membuka pintu rumah dan benar yang ada di depan pintu adalah Timun Perak.
Mbok Inem : Duh Nduk ayuuuuuuuuuuuuuuuuuu. Mbok Inem menangis sejadi- jadinya dan memeluk erat anak tercintanya.
Timun Perak : Mbok, Mbok? Kenapa Mbok?
Selama 17 tahun berlalu Mbok Inem tidak pernah bercerita tentang asal- usul yang sebenarnya darimana Timun Perak datang. Akhirnya hari itu juga Mbok Inem bercerita panjang kali lebar kepada Timun Perak.
Timun Perak : “Apa Mbok? Timun bukan anak Mbok? Tapi anak pemberian Raksasa? Dan sebagai imbalannya nanti aku akan dimakan oleh raksasa mbok?”
Mbok Inem : “Iya nduk. Mbok takut kalau kamu dimakan oleh raksasa.”
Timun Perak : “Baiklah Mbok, mari kita pikirkan caranya. Kita berdo’a sama Allah meminta pertolongan kepadanya dan jangan kepada dukun.”
Mbok Inem : “Iya nduk, Mbok dulu juga menyesal sudah datang ke dukun. Mbok kapok, dan sudah berjanji tidak akan mengulangi perbuatan terlarang tersebut.”
Selama kurang lebih 3 tahun memohon pertolongan pada Allah, petunjuk yang tak kunjung datang membuat Mbok Inem sedikit menyerah. Beruntung ada Timun Perak yang teus menguatkan dan terus bersabar. Akhirnya petunjuk itu datang juga melalui mimpi yang menghampiri Mbok Inem ataupun Timun Perak 3 hari sebelum tepat 3 tahun.Dalam mimpinya Mbok Inem disuruh mengumpulkan segenggam jarum, segenggam cabai dan segenggam terasi untuk bisa mengalahkan jika raksasa datang.
Hari yang mendebarkanpun akhirnya datang. Baik Mbok Inem ataupun Timun Mas sudah menyiapkan semuanya. Tak lama kemudian bumi bergetar hebat pertanda Raksasa yang semakin mendekat ke rumah mereka. Mbok Inem dan Timun Perak berpelukan erat. Dari luar rumah terdengar raungan raksasa.
Raksasa : Mbok Inem, Mbooookkk!!!!!
Mbok Inem : Dengan ketakutan karena tak mungkin mengulur waktu atau mencari alasan lagi Mbok Inem pergi keluar menemui raksasa. ‘Iya Tuan Raksasa”
Raksasa : Mana anak itu Mbok?
Mbok Inem : Ada Raksasa di dalam, sebentar saya panggilkan. ( sambil berteriak)
“Timun perak, keluarlah nak”
Timun Perak : “Iya Mbok...” ( Timun Perak pun keluar memenuhi panggilan Mbok nya.)
Saat itu raksasa sangat tidak sabar ingin memakannya segera, tapi kejadian di luar nalar baik Mbok Inem ataupun Timun Perak terjadi. Saat Timun Perak dengan paras ayu yang memancar, membuat Raksasa tidak berdaya. Raksasa yang sedari tadi meraung- raung tiba- tiba suarnya melembut.
Raksasa: “ Mbok ? ini anak itu?” Raksasa bertanya dengan suara lembut yang membuat Mbok Inem dan Timun Perak bingung bukan main.
Mbok Inem : “I..Iyaa Tuan Raksasa.” “ Ada apa Raksasa? Kok kelihatan lemas sekali?” Tanya Mbok Inem.
Timun Perak : “Betul kau mencari aku Raksasa? Untuk kau makan?” Timun Perak maju dengan keberanian yang dimiliki untuk menghadapi Raksasa .
Raksasa : Tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan Timun Perak Raksasa Tiba- tiba terjatuh dan badannya semakin mengecil- dan mengecil. “Tolong”.
Tentu hal ini membuat bingung, dan Timun Perak dengan sigap menolong raksasa yang jatuh terkulai tak berdaya. Tak disangka ketika tangan Timun Perak menyentuh kulit raksasa yang coba ditolongnya justru merubah wujud raksasa menjadi seorang pangeran yang tampan dan menawan. Masih belum tersadar raksasa tersebut dibantu berdiri oleh Timun Perak menuju ke dalam rumahnya.
Setelah beberapa saat menunggu rakasasa yang kini telah berubah menjadi pangeran tampan akhirnya pun tersadar. Dengan energi yang tersisa pangeran mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada Mbok Inem dan Timun Perak.
Raksasa : “Maaf Mbok, perkenalkan saya Pangeran Adji Laksmana dari Kerajaan Selatan.”
Masih tidak percaya terhadap apa yang didengarnya Mbok Inem coba menepuk- nepuk pipinya.
Mbok Inem : “Ha? Apa? Kau Pangeran Adji Laksmana?”
Raksasa : ‘Iya Mbok”
Mbok Inem : “ Lantas kenapa kau sebelumnya adalah raksasa dengan wujud yang mengerikan? “
Raksasa : “Itu kutukan Mbok, karena dulu pernah berbuat Ayahanda murka disebabkan saya lalai mengatasi serbuan yang menyerang daerah kerajaan pelosok.” Tapi kutukan itu akan hilang ketika aku mencintai seorang wanita. Apalagi wanita tersebut menyentuhku, maka wujudku akan kembali seperti semula.
Timun Perak : Matanya terbelalak tak percaya. “ Jadi kau mencintaiku pada pandangan pertama Pangeran?”
Raksasa : Mencoba berdiri dan mendekati Timun Perak . “ Iya aku mencintaimu pada pandangan pertama, dan terimakasih telah membebaskan aku dari kutukan ini “ lalu maukah kau menjadi istriku Timun Perak ?
Timun Perak : Terhuyung dan jatuh, ditangkapnya Timun Perak oleh Pangeran. “Apa? Kau mau menjadikanku istrimu? “
Raksasa : “Iya Tuan Putri, “ goda Pangeran kepada Timun Perak.
Timun Perak : Sambil menutup pipinya yang bersemu merah, Timun Perak pun mengaminkan permintaan pangeran. “Iya Pangeran, sebelum kau tersadar aku pun sudah jatuh cinta kepada pangeran pada pandangan pertama”
Raksasa : Iyakah? Maka ayo segera kita menikah saja Timun Perak. Dan kembali ke istana. Aku pun hendak menebus kesalahanku dulu pada Ayahanda.” Mereka berpelukan.
Timun Perak dan Raksasa: “Bagaimana Mbok? Apa Mbok merestui kita?”.
Mbok Inem : Kemari kalian, sembari memeluk Timun Perak dan Pangeran. “Baiklah, aku restui pernikahan kalian. Semoga kalian hidup bahagia selamanya.”
Kejadian menakutkan yang selama ini menghantui Mbok Inem dan Timun Perak akhirnya berujung manis. Do’a – do’a yang dipanjatkan telah Allah kabulkan untuk dijauhkan dari marabahaya raksasa. Mereka pun akhirnya menikah dan hidup di istana megah, bahaga selama- lamanya.
Tamat.
Cerita ini dimodifikasi untuk memenuhi tantangan ODOP Pekan 4.
Pada suatu hari sang suami tercinta meninggal dunia dikarenakan sakit . Hal ini menambah kesedihan Mbok Inem karena akan hidup seorang diri dan harapannya untuk memiliki seorang anak semakin mustahil saja. Karena gelap mata dan sangat mendamba seorang anak, Mbok Inem nekat mendatangi orang pintar dan mendapat perintah disuruh menemui raksasa di hutan belantara.
Pada hari yang telah direncanakan, Mbok Inem memberanikan diri pergi ke hutan dengan bekal seadanya . Ketika telah berhasil menyusuri hutan selama satu hari satu malam akhirnya sampai pada tempat raksasa bersemayam. Tanpa berbasa- basi Mbok Inem langsung mengutarakan niatnya ingin memiliki momongan.
Mbok Inem : “Permisi Tuan Raksasa, jadi kedatangan saya kesini ingin dibantu agar saya memiliki seorang anak”.
Raksasa : Sopo Namamu ? (Siapa namamu? ) Tanya Raksasa
Mbok Inem : “Inem, Tuan Raksasa” (Jawab Mbok Inem)
Raksasa : “Kamu yakin sanggup Mbok dengan syarat yang saya ajukan?”
Mbok Inem : “Sanggup Tuan Raksasa, asal saya bisa memiliki seorang anak.”
Raksasa : “Baiklah, awas saja kalau kau berani melanggar perjanjian ini.”
Mbok Inem : “Ba..Baiiik Tuan Raksasa ( Menjawab sambil gemetar) . Apa syaratnya Tuan Raksasa?”
Raksasa : “Anak mu nanti kalau sudah berumur 17 tahun serahkan padaku lagi. Aku hendak memakannya. HAHAHAHAHAHAH. Kowe sanggup Mbok?, Kowe gelem? “
Mbok Inem : Tanpa berpikir panjang Mbok Inem menyanggupi syarat tersebut . “ Baik Tuan Raksasa , nanti kalau sudah datang pada waktu yang ditentukan silahkan datang menemuiku lagi.”
Raksasa : “Baiklah. Sekarang kamu tanam biji mentimun ini Mbok! Rawat dengan betul- betul. Siram disaat pagi dan sore, jangan kau lupa pula memberinya pupuk. Dan lihat apa yang terjadi dalam sebulan.”
Mbok Inem : “Terimakasih Tuan Raksasa, Terimakasih.”(Sembari Mbok Inem pamit pada raksasa).
Sesampainya di rumah Mbok Inem langsung menanam biji mentimun tersebut. Biji yang ditanam bertumbuh sangat cepat. Mbok Inem makin rajin saja merawatnya dan melakukan seperti apa yang diperintahkan oleh raksasa.
Sebulan terlewati sudah nampak hasilnya, di pohon mentimun tersebut terdapat satu buah dengan ukuran timun yang besar sekali, warnanya pun perak berkilau menyilaukan mata. Tak sabar dengan isi apa yang terdapat pada mentimun tersebut Mbok Inem lari terhuyung- huyung menghampirinya dan memetik dengan sangat hati- hati.
Tanpa berlama- lama Mbok Inem membawanya masuk ke dalam rumah. Susah sekali dibelah dengan tangan kosong, diambillah sebilah pisau. Dirisnya dengan perlahan- lahan timun dengan warna perak berkilau tersebut. Betapa terkejutnya Mbok Inem melihat apa yang ada di dalam buah mentimun tersebut, ada seorang bayi kecil mungil yang sangat cantik sedang tertawa menatap Mbok Inem.
Mbok Inem langsung menangis terharu melihat dan mencoba menyadarkan diri terhadap apa yang sedang terjadi dalam hidupnya. Setelah beberapa saat kesadarannya kembali dan Mbok Inem langsung menggendong bayi tersebut keluar dari buah mentimun raksasa tersebut. Mbok Inem senang sekali akhirnya keinginan untuk memiliki seorang anak telah Allah kabulkan, meskipun dengan cara yang Allah tidak ridhoi karena meminta pertolongan pada raksasa.
Dalam hati Mbok Inem merasa takut karena telah berbuat syirik, tapi karena keinginannya yang sedari lama ingin memiliki anak semua dilakukan Mbok Inem agar mencapai apa yang diinginkannya. Ia menyadari kesalahannya dan mencoba bertaubat pada Allah yang Maha Esa. Berharap semoga segala perbuatannya diampuni-Nya. Serta tak lupa Mbok Inem memohon agar dirinya bersama anaknya dijauhkan dari marabahaya Raksasa.
Setelah momen penyesalan tersebut, Mbok Inem mencoba menjalani hari- harinya seperti biasa tentunya dengan putri tercintanya yang ia namai dengan Timun Perak karena ia seperti terlahir dari timun dengan warna perak berukuran besar.
Sebulan dua bulan tiga bulan setahun empat tahun tujuh tahun Timun Perak tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dengan kepribadian yang sangat baik , mandiri, dan pemberani. Oleh karena itu Mbok Inem sangat menyayanginya dan akan menjaganya dari kejaran raksasa kelak.
Hal yang sangat ditakuti Mbok Inem pun terjadi, kini Timun Perak telah berusia 17 tahun. Raksasa datang untuk menagih janji pada Mbok Inem. Saat itu ketika Timun Mas sedang pergi ke pasar , sedangkan Mbok Inem sedang berada di ladang belakang rumahnya tiba- tiba bumi seolah bergetar hebat. Pusing bukan main Mbok Inem dibuatnya karena kedatangan Raksasa yang terlalu mendadak. Tanpa basa- basi Raksasa meneriaki Mbok Inem yang masih setengah sadar tersebut.
Raksasa : Hai Mbok, kutagih janjimu 17 tahun lalu untuk menyerahkan kembali bayimu. Hahahahahahha. Di mana anak itu hah?
Mbok Inem : Mbok Inem sama sekali tidak rela untuk menyerahkan Timun Perak kepada Raksasa. Beruntung Mbok Inem ini cerdik, jawabannya pun sangat diplomatis.
“Iya Tuan Raksasa, ampun saya pasti menepati janji saya untuk meyerahkan anak ku. Tapi 17 tahun itu masih terlalu kecil untuk dimakan, silahkan kau tunggu 3 tahun lagi Tuan Raksasa sekaligus dagingnya bertambah banyak dan tulangnya pun semakin terasa sedap. Gimana Tuan Raksasa? ( Mbok Inem mencoba menawarkan tipu muslihat kepada Tuan Raksasa).
Raksasa : Hahaha, boleh juga saranmu Mbok. Tapi awas kalau kau tidak menepati janjimu akan aku ambil paksa anakmu. Hahahahhaha. ( Tawa Raksasa menggelegar)
Mbok Inem : “ Baik Tuan Raksasa, silahkan nanti kau datang lagi setelah 3 tahun.” (Jawabnya dengan tenang)
Raksasa : Baiklah. ( Raksasa pun pergi meninggalkan Mbok Inem, dengan meninggalkan getaran yang terasa pusing di kepala)
Mbok Inem :” Duh Gusti, Alhamdulillah. Slamet anakku.”
Mbok Inem pun teringat dengan Timun Perak, takut – takut Raksasa menculiknya . Mbok Inem mencari seisi rumah dan tak ditemukan keberadaan Timun Perak. Ia lupa kalau Timun Perak tengah berada di pasar , Mbok Inem pun sudah menangis tersedu- sedu. Dan tiba- tiba...
Timun Perak : Assalamualaikum Mbok, (Tok, tok, tok...)
Mbok Inem : “Hah Timun Perak” ( batinnya), segera ia bergegas membuka pintu rumah dan benar yang ada di depan pintu adalah Timun Perak.
Mbok Inem : Duh Nduk ayuuuuuuuuuuuuuuuuuu. Mbok Inem menangis sejadi- jadinya dan memeluk erat anak tercintanya.
Timun Perak : Mbok, Mbok? Kenapa Mbok?
Selama 17 tahun berlalu Mbok Inem tidak pernah bercerita tentang asal- usul yang sebenarnya darimana Timun Perak datang. Akhirnya hari itu juga Mbok Inem bercerita panjang kali lebar kepada Timun Perak.
Timun Perak : “Apa Mbok? Timun bukan anak Mbok? Tapi anak pemberian Raksasa? Dan sebagai imbalannya nanti aku akan dimakan oleh raksasa mbok?”
Mbok Inem : “Iya nduk. Mbok takut kalau kamu dimakan oleh raksasa.”
Timun Perak : “Baiklah Mbok, mari kita pikirkan caranya. Kita berdo’a sama Allah meminta pertolongan kepadanya dan jangan kepada dukun.”
Mbok Inem : “Iya nduk, Mbok dulu juga menyesal sudah datang ke dukun. Mbok kapok, dan sudah berjanji tidak akan mengulangi perbuatan terlarang tersebut.”
Selama kurang lebih 3 tahun memohon pertolongan pada Allah, petunjuk yang tak kunjung datang membuat Mbok Inem sedikit menyerah. Beruntung ada Timun Perak yang teus menguatkan dan terus bersabar. Akhirnya petunjuk itu datang juga melalui mimpi yang menghampiri Mbok Inem ataupun Timun Perak 3 hari sebelum tepat 3 tahun.Dalam mimpinya Mbok Inem disuruh mengumpulkan segenggam jarum, segenggam cabai dan segenggam terasi untuk bisa mengalahkan jika raksasa datang.
Hari yang mendebarkanpun akhirnya datang. Baik Mbok Inem ataupun Timun Mas sudah menyiapkan semuanya. Tak lama kemudian bumi bergetar hebat pertanda Raksasa yang semakin mendekat ke rumah mereka. Mbok Inem dan Timun Perak berpelukan erat. Dari luar rumah terdengar raungan raksasa.
Raksasa : Mbok Inem, Mbooookkk!!!!!
Mbok Inem : Dengan ketakutan karena tak mungkin mengulur waktu atau mencari alasan lagi Mbok Inem pergi keluar menemui raksasa. ‘Iya Tuan Raksasa”
Raksasa : Mana anak itu Mbok?
Mbok Inem : Ada Raksasa di dalam, sebentar saya panggilkan. ( sambil berteriak)
“Timun perak, keluarlah nak”
Timun Perak : “Iya Mbok...” ( Timun Perak pun keluar memenuhi panggilan Mbok nya.)
Saat itu raksasa sangat tidak sabar ingin memakannya segera, tapi kejadian di luar nalar baik Mbok Inem ataupun Timun Perak terjadi. Saat Timun Perak dengan paras ayu yang memancar, membuat Raksasa tidak berdaya. Raksasa yang sedari tadi meraung- raung tiba- tiba suarnya melembut.
Raksasa: “ Mbok ? ini anak itu?” Raksasa bertanya dengan suara lembut yang membuat Mbok Inem dan Timun Perak bingung bukan main.
Mbok Inem : “I..Iyaa Tuan Raksasa.” “ Ada apa Raksasa? Kok kelihatan lemas sekali?” Tanya Mbok Inem.
Timun Perak : “Betul kau mencari aku Raksasa? Untuk kau makan?” Timun Perak maju dengan keberanian yang dimiliki untuk menghadapi Raksasa .
Raksasa : Tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan Timun Perak Raksasa Tiba- tiba terjatuh dan badannya semakin mengecil- dan mengecil. “Tolong”.
Tentu hal ini membuat bingung, dan Timun Perak dengan sigap menolong raksasa yang jatuh terkulai tak berdaya. Tak disangka ketika tangan Timun Perak menyentuh kulit raksasa yang coba ditolongnya justru merubah wujud raksasa menjadi seorang pangeran yang tampan dan menawan. Masih belum tersadar raksasa tersebut dibantu berdiri oleh Timun Perak menuju ke dalam rumahnya.
Setelah beberapa saat menunggu rakasasa yang kini telah berubah menjadi pangeran tampan akhirnya pun tersadar. Dengan energi yang tersisa pangeran mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada Mbok Inem dan Timun Perak.
Raksasa : “Maaf Mbok, perkenalkan saya Pangeran Adji Laksmana dari Kerajaan Selatan.”
Masih tidak percaya terhadap apa yang didengarnya Mbok Inem coba menepuk- nepuk pipinya.
Mbok Inem : “Ha? Apa? Kau Pangeran Adji Laksmana?”
Raksasa : ‘Iya Mbok”
Mbok Inem : “ Lantas kenapa kau sebelumnya adalah raksasa dengan wujud yang mengerikan? “
Raksasa : “Itu kutukan Mbok, karena dulu pernah berbuat Ayahanda murka disebabkan saya lalai mengatasi serbuan yang menyerang daerah kerajaan pelosok.” Tapi kutukan itu akan hilang ketika aku mencintai seorang wanita. Apalagi wanita tersebut menyentuhku, maka wujudku akan kembali seperti semula.
Timun Perak : Matanya terbelalak tak percaya. “ Jadi kau mencintaiku pada pandangan pertama Pangeran?”
Raksasa : Mencoba berdiri dan mendekati Timun Perak . “ Iya aku mencintaimu pada pandangan pertama, dan terimakasih telah membebaskan aku dari kutukan ini “ lalu maukah kau menjadi istriku Timun Perak ?
Timun Perak : Terhuyung dan jatuh, ditangkapnya Timun Perak oleh Pangeran. “Apa? Kau mau menjadikanku istrimu? “
Raksasa : “Iya Tuan Putri, “ goda Pangeran kepada Timun Perak.
Timun Perak : Sambil menutup pipinya yang bersemu merah, Timun Perak pun mengaminkan permintaan pangeran. “Iya Pangeran, sebelum kau tersadar aku pun sudah jatuh cinta kepada pangeran pada pandangan pertama”
Raksasa : Iyakah? Maka ayo segera kita menikah saja Timun Perak. Dan kembali ke istana. Aku pun hendak menebus kesalahanku dulu pada Ayahanda.” Mereka berpelukan.
Timun Perak dan Raksasa: “Bagaimana Mbok? Apa Mbok merestui kita?”.
Mbok Inem : Kemari kalian, sembari memeluk Timun Perak dan Pangeran. “Baiklah, aku restui pernikahan kalian. Semoga kalian hidup bahagia selamanya.”
Kejadian menakutkan yang selama ini menghantui Mbok Inem dan Timun Perak akhirnya berujung manis. Do’a – do’a yang dipanjatkan telah Allah kabulkan untuk dijauhkan dari marabahaya raksasa. Mereka pun akhirnya menikah dan hidup di istana megah, bahaga selama- lamanya.
Tamat.
Cerita ini dimodifikasi untuk memenuhi tantangan ODOP Pekan 4.
Mantap sekali Kakak #semangat
BalasHapusSemangat mbak
BalasHapusKeren kak, banyak sekali peajaran yang didapat.
BalasHapusTapi maaf ka, ada beberapa kesalahan, timun perak menjadi timun mas di benerapa bagian. (maaf 🙏)
Tetap semangat menulis ka
BalasHapus